Jakarta -
Beragam bentuk black campaign begitu marak seiring dengan semakin
dekatnya Pilpres 9 Juli 2014. Para kandidat diharapkan untuk tidak
terjebak dalam pertarungan antara mereka.
"Mereka seperti mulai
terjebak di pertarungan antara mereka, antara kandidat," ujar pengamat
politik dari UGM Arie Sudjito saat berbincang dengan detikcom, Kamis
(29/5/2014).
Dia melihat, kampanye hitam mau tak mau memang harus
direspon. Namun, bagaimana cara meresponnya adalah hal yang harus
diperhatikan. Sekali lagi, agar respon tersebut tidak malah menjadi
bumerang karena terjebak di permainan lawan.
Arie menilai sudah
seharusnya kandidat capres dan cawapres memiliki kesadaran untuk
mengurangi kampanye hitam untuk menjatuhkan lawannya. "Kalau mau saling
kritik, nggak apa-apa. Ada bukti untuk menjelaskannya," imbuhnya.
Kampanye
saling kritik, menurut Arie, akan lebih bermakna bagi masyarakat
dibanding serangan-serangan berbentuk kampanye hitam. Sebab, hal ini
akan dapat membantu arah visi misi apa yang dibawa para kandidat.
Sehingga pemilih dapat menentukan pilihan secara rasional berdasar track
record, karakter, dan visi misi yang diusungnya.
"Sekarang ini
kan pertarungan antara tim sukses. Dibutuhkan kedewasaan dari timses.
Menyerang dengan cara fitnah adalah sama sekali tidak mendidik," ulas
Arie.
Seharusnya Pemilu menyajikan panggung-panggung politik
sehat dan dewasa. Sebab, pemilu ini disaksikan dan diikuti oleh seluruh
rakyat Indonesia.
"Yang penting, ini saatnya (capres dan
cawapres) membicarakan Indonesia. Berpikirlah tentang Papua, NTB,
Sulawesi, Sumatera. Bukan hanya sekedar pertarungan antar mereka saja,"
jelasnya.
12.38
Garda Nusantara
Administrator
Garda Nusantara Mengajak Putra Putri Terbaik Bangsa Untuk bersama menjadi Garda Terdepan, Bangkit Melawan Ketidakadilan dan Kesewangwenangan
Related Posts